Kutipan KH. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah

Banyak kutipan KH. Ahmad Dahlan tentang kehidupan yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam dalam beragama, bermasyarakat dan bernegara. Untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di Nusantara, Ahmad Dahlan pada 18 Nopember 1912 mendirikan organisasi Muhammadiyah, yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan dan bukan organisasi politik.

Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan

Kutipan KH. Ahmad Dahlan Tentang Umat Islam

Berikut beberapa kutipan kata-kata bijak dari KH. Ahmad Dahlan pendiri organisasi Islam Muhammadiyah.

Untuk menerima pengampunan Allah kita harus percaya akan ajaran Al-Qur’an, lalu melaksanakannya.

Kata “shalat” muncul beberapa kali dalam kitab suci Al-Quran, dan itupun dihubungkan dengan zakat.

Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an itu bagaikan usaha seseorang pengemis yang berkata pada pengemis lain dimana dia bisa mendapatkan makanan.

Al-Quran mendominasi dunia dan menentang abad-abad.

Orang sering menolak Al-Qur’an karena merasa bahwa Al-Qur’an sudah tidak sesuai padahal dia sendiri sama sekali belum mempelajari kesesuaian di dalamnya.

Yang menyenangkan Allah adalah yang paling mempercayai Nya.

Berusahalah menjadi orang Islam yang berani menunjukan identitas yang sebenarnya, bukan malah ingin menyembunyikannya.

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.

KH. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868  dengan nama kecil Muhammad Darwisy, putera dari KH Abu Bakar  seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Beliau merupakan keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang Walisongo dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Kutipan KH. Ahmad Dahlan tentang toleransi dan kehidupan bermasyarakat

Kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam.

Untuk memiliki hidup yang sempurna, bersandarlah kepada ajaran agama Allah.

Tolong-menolong adalah sikap orang Islam dalam aksi.

Jangan takut melawan hawa nafsu dan kebatilan karena itu adalah jalan hidup orang Islam.

Keislaman bukan hanya Allah ada di dalam jiwamu tetapi kehidupan Islam menjadi nyata melalui perilakumu.

Kebenaran suatu hal tidaklah ditentukan oleh berapa banyaknya orang yang mempercayainya.

Jangan suka menempatkan seseorang pada posisinya, tapi tempatkanlah diri saudara terlebih dahulu pada posisi yang benar.

Apa saja yang bisa membuat orang Islam yang baik, juga bisa membuatnya menjadi warga Negara yang baik.

Seorang ulama bisa menjadi teladan apabila ia sendiri menjadikan Allah teladan baginya.

Teladan yang baik adalah khotbah yang jitu.

Ketika kita menyadari bahwa Nabi Muhammad telah mati, kita harus tetap berusaha menghidupkan teladannya.

Kita dapat mengukur kemiripan kita dengan Nabi dengan melihat kepekaan kita terhadap penderitaan sesama.

Kita tidak mewarisi dosa siapapun dan tidak akan ada seorangpun yang akan mewarisi dosa-dosa kita.

Warisan terbesar seorang ayah adalah dapat membuat keluarganya sebagai teladan.

Masjid adalah sebuah bank, apa yang anda tabung akan membuat bunga anda bertambah.

Orang Islam semestinya dapat menggunakan alat-alat yang terkecil untuk melaksanakan tugas-tugas yang terbesar.

Orang Islam sejati adalah yang tetap berdiri pada tempat yang benar meskipun dunia dalam keadaan kacau.

Dan hendaklah kalian selalu dalam khittahku : tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain, tidak dendam, tidak marah dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik, tidak sombong dan tidak berbesar hati jika menerima pujian, tidak jubria (ujub, kikir, riya) mengobarkan harta benda, pikiran dan tenaga dengan hati ikhlas dan murni,bersungguh hati terhadap pendirian.

Masyarakat menilai keislaman berdasarkan apa yang mereka lihat pada diri orang Islam.

Muhammad Darwisy saat berumur 15 tahun, pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun dan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam. Saat kembali ke tanah air pada tahun 1888, berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, Ahmad Dahlan kembali belajar agama di Mekah dan menetap selama dua tahun.

KH. Ahmad Dahlan meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun dan mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia.

 

Kutipan Kata-kata Bijak KH. Ahmad Dahlan

Artikel Terkait

About the Author: Lentera Bijak

Seperti Lentera meski sinarnya redup namun bisa memberi secercah cahaya di kegelapan