Sebuah Renungan Masa Tua

Setiap malam menyambut datangnya tahun baru, banyak orang yang memeriahkannya dengan suka ria, baik dengan pesta kembang api, maupun melalui hiburan lainnya. Melalui sorotan kamera televisi bisa kita lihat, hampir semua ibu kota di dunia ini meluapkan rasa kegembiraannya dengan berbagai macam aktivitas kesenangan dunia. Padahal dengan bergantinya tahun, umur manusia bertambah, yang berarti semakin mendekatkan diri dengan pintu kematian.

Sebuah Renungan Masa Tua

Disadari atau tidak, menjadi tua adalah sebuah keniscayaan, sesuatu yang tidak bisa dihindari kecuali oleh kematian. Siapa pun kita, apa pun kita, akan senantiasa dibatasi oleh fitrah kita sebagai manusia. Dan menjadi tua dalam kehidupan manusia, itu semata-mata kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Tuhan berfirman dalam Surat An-Nahl ayal 70, yang artinya: “Dan Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahui. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.

 

MASA TUA DALAM RENUNGAN

Proses penuaan pada manusia adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Semua manusia mengetahuinya karena setiap hari kita melihat dengan mata kepala sendiri kehidupan orang-orang yang sudah tua, entah orang yang dekat dengan kehidupan kita sendiri atau orang lain.

Tetapi sayangnya kebanyakan manusia tidak bisa mengambil pelajaran apa pun dari kehidupan orang yang sudah tua di sekitarnya. Proses penuaan pada manusia sesungguhnya merupakan sebuah tanda pengingat bagi setiap orang bahwa betapa pun berkuasanya manusia, betapa pun tampan dan cantiknya manusia, pada akhirnya manusia terbentur pada usia dan keterbatasan sendiri.

Kulit kencang yang dulu dirawat, perlahan mengeriput, tenaga super yang dimilikinya pun semakin mengendur, bahkan untuk berjalan pun bergelar. Mata indah yang dulu terlihat tajam, perlahan meredup, rambut indah yang menjadi mahkota kepala pun tak hitam lagi.

Semuanya serba dikurangi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Al-Qur’anul karim Surat Yasiin ayat : 68 Tuhan berfirman yang artinya : “Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya, niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian (nya)”. Maka apakah mereka tidak memikirkan ?

Sudah merupakan sunnatullah, jika umur semakin tua itu akan serba dikurangi dalam berbagai hal seperti : kurang pendengaran, kurangnya penglihatan. makan yang dibatasi, serta kurang tidur dan sebagainya. Tapi yang terpenting adalah jangan sampai semakin tua semakin “Tidak tahu diri”, artinya semakin tua justru semakin jauh dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semakin mengikuti hawa nafsu setani. Na’udzhu bila min dzalik.

Selayaknya-lah semakin tua itu semakin tahu apa yang harus dipersiapkan untuk kehidupan yang akan datang (akhirat). Kita harus ingat, bahwa merenungi kematian bukan merupakan monopoli kaum usia lanjut (tua), Karena kematian tidak hanya menghampiri usia lanjut. Bahkan betapa banyak kematian menghampiri pada usia dini (muda).

Setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik, usia kita bertambah, dan jalan hidup kila semakin berkurang. Artinya kematian itu semakin dekat.

Datangnya waktu pensiun bisa ditunda walau dengan berat hati meminta atau pun karena benar-benar dibutuhkan, namun untuk hidup di dunia jangan berharap orang bisa minta diperpanjang. ltulah keadilan Tuhan.

Panjang umur adalah sebuah harapan yang sangat didambakan oleh hampir setiap orang di muka bumi ini. Namun walaupun demikian, tidak setiap panjang umur itu barokah, tapi setiap hidup barokah, besar kemungkinan mengalami panjang umur. Dengan demikian, sebaik-baiknya panjang umur adalah yang diiringi dengan keberkahan atau kemuliaan akhlak.

 

Renungan Masa Tua – Lentera Renungan

Recommended For You

About the Author: Lentera Bijak

Seperti Lentera meski sinarnya redup namun bisa memberi secercah cahaya di kegelapan